Peristiwa Kecil dan Nasionalisme

 
JUDUL >Engineers of Happy Land | PENULIS > Rudolf Mrazek| PENERBIT > Yayasan Obor Indonesia |  TAHUN TERBIT > 2006 | JUMLAH HALAMAN > 441+xix

Tahukah anda bahwa De Stille Kracht pernah menjadi salah satu bacaan paling luas di Hindia Belanda?
atau bagaimana peralatan listrik seperti pemasak susu, setrika, panci-panci, kotak pendingin digunakan oleh pembantu-pembantu pribumi ?

Potongan-potongan peristiwa kecil yang menarik dan remeh-temeh dihimpun dalam buku Rodolf Mrazek Engineers of Happy Land: Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di Sebuah Koloni. Buku ini mencatat tentang perubahan lingkungan material, persinggungan pribumi dengan teknologi-teknologi baru yang mengakibatkan perubahan sosial ketika kolonialisme tengah berlangsung pada tahun 1800-an dan 1900an.

Kalau Voltaire pernah berkata bahwa fakta-fakta sejarah yang bersifat mikro dan yang tidak membawa kepada suatu tujuan, merupakan beban rintangan belaka bagi sejarah bagaimana barang akut merupakan beban bagi tentara. Namun, pandangan kini berubah fakta-fakta kecil yang dipandang dari sudat pandang sejarah yang luas bukanlah hal yang palsu dan kabur justru sejarah kecil ini lebih dekat dengan kehidupan. Jarak yang tipis itulah membuat sejarah mudah untuk dipahami dan menjadi bagian dalam kehidupan manusia keseharian. Micro history menjadi catatan yang penting dalam sejarah. Bahkan hal yang nampak remeh-temeh bisa menjadi catatan sejarah yang sangat berarti. Dari catatan yang kecil-kecil seperti yang ditulis Rodolf Mrazek ternyata mampu membentuk nasionalisme, dan memepengaruhi perubahan sosial

Pembangunan jalan aspal antara 1808 dan 1818, sebuah proyek raksasa untuk melawan Inggris. Jalan Raya Pos Daendels menembus dari Barat sampai ke Timur Jawa digunakan sejak awal abad kesembilan belas.  Selain proyek ‘Napoleonik” menggenai pengaspalan baja-baja mulai dirakit dengan skrup-skrup menjadi jalur-jalur kereta api menembus Jawa. Tidak ada kesulitan dalam proyek ini, Mrazek melihat dari keterangan majalah Kopiist majalah pertama yang terbit di Hindia Belanda, keterangan yang didapat bahwa penduduk dapat melakukan pekerjaan pemindahan tanah dan pemecahan batu untuk pembangunan jalan tanpa biaya atau dibayar dengan beras dan garam (p. 9). Untuk membangun jalur rel-rel utama, Kopiist menghintung menelan biaya hanay 8.704.080 gulden, dan jalur-jalur samping 3.215.520 gulden, untuk total 11.919.600 gulden, 2 juta gulden untuk kendaraan dan gudang, satu juta untuk membayar bunga. Yang menarik kala itu disimpulkan bahwa penduduk bumiputra yang dianggap kelas bawah lebih berantusias naik kereta api dari pada kelas bangsawan yang lebih suka berdiam diri di rumah. Menurut catatan disepanjang jalur kereta api inilah partai-partai komunis berkembang, tentulah kita inggat pada tahun 1923 timbul pemogokan pekerja kereta api di Semarang, pemogokan terbesar sepanjang sejarah penjajahan Belanda. Dari kelancaran jalan, makin meningkatlah jumlah kendaraan dan maningkatkan kemacetan serta kecelakaan. Berawal dari sinilah berkembang semacam pengenalan diri, kepercayaan diri dan harga diri dengan membentuk nasionalisme yang bergerak dari jalan-jalan modern dengan lahirnya perserikatan sopir-sopir dengan angota terbanyak dari orang bumiputra.

PCM (Persatoean Chauffeur Mataram) adalah nama salah satu perserikatan sopir. Nasionalisme yang tumbuh dikalangan sopir-sopir ini merupakan salah satu jenis optimisme baru.

Buku ini juga mengulas tentang pembentukan nasionalisme bahasa dari sebuah karya sastra dan nasionalisme lainnya yang dibentuk lewat persentuhan modernisasi dengan Belanda. Nah, silahkan membaca buku ini. (Rhoma Dwi Aria Yuliantri )

0 Response to "Peristiwa Kecil dan Nasionalisme"

Posting Komentar

Search

Powered by Blogger